Jumat, 25 Maret 2016

GULA BUBUK AL ABROOR

gula jawa bubuk Al abroor terbuat dari bahan 100% nira pohon kelapa.
penamaan al abroor diambil dari nama pendiri dan pembina  pondok pesantren nurul huda cilongok banyumas jawa tengah, yaitu bapak Kyai haji Mohammad Al Abroor.

pondok pesantren Nurul Huda memiliki beberapa unit usaha, salah satunya adl petani gula jawa.
gula jawa cilongok banjarnegara sangat bagus kualitasnya. bersih dan aroma khas gula jawanya terasa.
semua hasil gulanya selain disetor ke pengepul juga ada yang dipasarkan langsung.
cv berkah abadi membeli langsung dari pondok pesantren dengan  tujuan membantu pendapatan pesantren tersebut. semoga allah memberkahi.

PROSES PEMBUATAN GULA BUBUK :

1. gula bubuk berasal dari sadapan nira kelapa. penderes ini naik keatas pohon kelapa dengan membawa beberapa pongkor yang terbuat dari bambu atau wadah air nira yang sudah diberikan laru alami dari kapur dan cangkang manggis untuk mencegah terjadinya fermentasi.

Jika laru tersebut tidak diberikan pada pongkor makan bisa menyebabkan air nira berubah menjadi asam. Ketika berada seorang penderes di atas pohon,  para penderes lainnya akan mengambil air nira di dalam pongkor yang sebelumnya sudah dipasang untuk kemudian menggantinya dengan pongkor yang baru setelah sebelumnya menyayat bunga kelapa (Manggar) dengan sayatan baru agar air nira dapat kembali keluar.




2. air sadapan nira harus segera dimasak, maximal 2 jam setelah disadap. klo lebih dari 2 jam akan berubah jadi arak.

3. air nira pun di tuangkan kedalam wajan besar hingga mendidih dengan suhu antara 10-120 derajat celcius.
Untuk mengahasilkan gula semut setidaknya butuh waktu sekitar 4 jam hingga air nira benar-benar siap untuk dibuat gula semut. Saat nira mendidih, air nira akan tampak berwarna kecoklatan dan berbuih, Ketika berbuih itulah  petani gula dengan hati-hati menyerok buih-buih yang menggumpal di sekitaran wajan untuk memisahkan buih dari kotoran yang ada.





4. Agar buihnya tidak meluap, kita tambahkan satu sendok makan minyak kelapa,

5.  Ketika air nira sudah mulai mengental dan meletup-letup, Api mulai dikecilkan  dengan cara menumpuk serbuk kayu ke segala arah agar tidak ada udara yang masuk kedalam tungku. Ini dimaksudkan agar nira tidak hangus saat dilakukan pengadukan.
Terus diaduk-aduk air nira yang ada didalam wajan yang sudah terlihat mulai menggumpal dan memadat serta mulai mengeras, pengadukan mulai dilakukan dengan gerakan memutar di dalam wajan agar kekentalan gula merata di setiap sisi wajan dan mulai mengkristal.


6.Setelah air nira tersebut keras, kemudian  tungku wajan diangkat dengan menggunakan sebilah kayu dan meletakkannya di sebuah ban untuk menjaga agar wajan tidak tumpah. kemudian mulai melakukan penghalusan gula tersebut dengan menggunakan batok kelapa atau lebih dikenal oleh warga Banyumas dengan 'diguser'. 




Tapi untuk menjaga kualitas ekspor dan standar pembuatan gula semut organik, kita harus menggunakan penutup kepala dan masker, ini dimaksudkan agar rambut atau keringat mereka tidak masuk kedalam wajan yang berisi gula semut yang sedang di haluskan. Gula yang sudah di guser kemudian diayak untuk memisahkan gula halus dan gula yang masih kasar.

7.  Kalau masih kasar di guser lagi sampai halus, setelah itu diayak kembali. Kalau sudah selesai baru kita jemur gula semut yang sudah jadi kurang lebih 6 jam di bawah terik matahari,
 
8. setelah melalui proses penjemuran, gula diayak kembali. untuk memisahkan dengan kotoran yang terbawa saat penjemuran. lalu gula yg bersih siap dikemas dan dijual.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar